Papers Today

Politik Tidak Perlu Kebenaran (?)

: Membaca dinamika politik di Sumenep

Madura Today – Politik tidak pernah memerlukan kebenaran. Dalam politik, kebenaran hanya dianut oleh mereka yang kalah. Itupun untuk memenangkan dirinya, dengan cara yang dianggapnya perlu dan benar.

Sebenarnya politik itu rapuh. Ia tidak bisa berdiri sendiri. Ia harus selalu disusu dengan simbol, argumentasi, dan arogansi. Sebab politik tidak bisa datang dengan cara yang biasa-biasa saja.

Paling tidak, politik membutuhkan gelandang serang. Tujuannya untuk menggocek argumentasi, sembari menutupi arogansi dengan sekuat tenaga dan alibi.

Akhir-akhir ini, etika, pendidikan dan kebenaran versi politik sulit untuk searah. Ketiganya hanya ditakdirkan untuk bersua. Namun tidak untuk bersama. Etika dan pendidikan adalah bomerang yang mampu melukai politik yang arogan.

Sekali waktu, langkah politik sengaja melambat. Tujuannya untuk menghasut dan menciptakan debat. Setelah itu, politik akan datang dengan cara-cara yang terkesan hebat. Jika tidak mempan dengan visi dan misi, cara terakhir adalah menawarkan diri untuk berbagi. Sejauh ini, berbagi adalah peristiwa politik yang sulit untuk dihindari.

Dalam praktik yang lain, politik itu tidak pernah satu paket dengan pendidikan. Keduanya bergerak sendiri, seakan saling mengalahkan. Kalau pun ada, perbincangan tentang pendidikan politik, pilihannya tidak pernah banyak. Selalu pragmatis. Hanya itu.

Bagi saya, akhir-akhir ini, Sumenep dibesarkan dengan cara berpolitik yang tidak jauh dari gambaran di atas. Generasi muda, yang hidup dengan gaya dan cara yang berbeda, tidak memiliki banyak pilihan untuk belajar. Politik dipersepsikan hanya soal keberpihakan; hura-hura saat kampanye terbuka dan minta biaya saat hendak menentukan pilihannya.

Sumenep sedang krisis pendidikan politik. Nalar kritis menjadi mahal dan sulit ditemui. Seluruh pintu politik berbendera pragmatis belaka. Model idealisme politik yang muncul, hanya berisi perlawanan; untuk menyalahkan atau mengkambing hitamkan. Politik tidak pernah hadir dengan cara beradu gagasan.

Kekuasaan hari ini, hemat saya, ikut berperan mengubah wajah politik menjadi tidak enak untuk diperbincangkan. Politik bukan lagi soal gagasan. Lebih picik dari itu, maaf, politik hanya soal siapa yang akan diuntungkan dan siapa yang perlu dikalahkan.

LBH (Diduga) Kerahkan Massa, Gersik Putih Sumenep Kembali Mencekam
Nur Khalis
Jurnalis | + posts

Nur Kholis atau NK Gapura adalah jurnalis Kompas TV yang bertugas di Madura. Pria kelahiran Sumenep yang juga aktif menulis seputar isu politik, hukum dan kehidupan sosial sehari-hari.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button