Melihat Pesta Demokrasi di Madura

Madura Today – Pesta demokrasi di Pulau Madura kembali menjadi sorotan nasional. Dalam pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) tahun ini, antusiasme masyarakat Madura terlihat begitu tinggi.
Meskipun politik uang disebut-sebut masih menjadi bagian tak terpisahkan dari setiap momentum pesta demokrasi di Pulau Garam ini.
Empat kabupaten di Madura, Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep mencatat angka partisipasi pemilih yang cukup tinggi, bahkan melebihi rata-rata nasional.
Tradisi politik yang kuat dan ikatan kultural antar warga membuat kontestasi politik di Madura berlangsung dengan semangat persaingan yang sengit.
Di sisi lain, KPU dan Bawaslu setempat terus mengupayakan transparansi dan profesionalitas dalam penyelenggaraan pemilu. Sosialisasi dilakukan secara masif, terutama untuk pemilih pemula dan warga di daerah terpencil.
Pesta demokrasi di Madura tahun ini mencerminkan dua sisi wajah demokrasi Indonesia: semangat partisipasi yang tinggi dan tantangan dalam menjaga integritas serta harmoni sosial.
Namun demikian, dinamika politik di Madura tidak lepas dari sejumlah tantangan. Beberapa laporan mencatat banyaknya dugaan politik uang, tekanan sosial, hingga rivalitas antar pendukung yang berpotensi memicu konflik.
Di beberapa TPS di wilayah pedesaan, sempat terjadi ketegangan akibat perbedaan pilihan politik yang berujung pada cekcok antar warga. Meski demikian, aparat keamanan sigap mengendalikan situasi sehingga pesta demokrasi tetap berlangsung dalam suasana kondusif.
Dua Mahasiswa STKIP Sumenep, Moh Rofiqi Ardiyansyah dan Moh. Iqbal Asyrofi melakukan wawancara mengenai pesta demokrasi di Madura kepada salah seorang mantan anggota dewan, Drs. H. A. Hosaini Adhim, M. Si.
Dia menyampaikan bahwa, Pemilu dari masa ke masa selalu terjadi ketidakadilan meski digelar secara langsung, umum, bebas dan rahasia, karena yang terjadi, penyelenggaraan Pemilu itu masih belum sepenuhnya sesuai harapan masyarakat.
“Kalimat kalah tapi terhormat, menang tidak terhormat lebih baik kalah yang penting terhormat, itu hanya menjadi kalimat hisapan jempol. Nyatanya jika tidak mempunyai modal besar di pemilu kita tidak bisa menang,” ungkapnya.
Menurut mantan politisi Partai Amanat Nasional (PAN) ini, partisipasi pemilih bukan menjadi satu-satunya indikator keberhasilan Pemilu. Lebih dari itu kualitas penyelenggaraan menjadi bagian penting yang harus diperhatikan.
“Apabila sistem Pemilu itu baik, dilanjutkan dengan penyelenggaraan yang baik, maka akan menghasilkan pemimpin-pemimpin yang baik pula, kredibel dan berintegritas,” jelasnya.
Untuk itu dia beharap, dengan dukungan semua pihak, demokrasi di Madura kedepan akan terus tumbuh dewasa dan memberikan dampak positif bagi pembangunan daerah.
Administrator maduratoday.com